- Ilmu adalah warisan para nabi radiallahu 'anhum, sedangkan harta adalah warisan para raja atau hartawan.
- Ilmu dapat menjaga pemiliknya, sedangkan pemilik harta bersusah payah menjaga hartanya.
- Harta sentiasa berkurangan kerana dibelanjakan, namun ilmu semakin bertambah apabila dibahagikan (disampaikan kepada orang lain).
- Hartawan akan meninggalkan hartanya apabila meninggal dunia, sementara ilmu masuk ke kubur bersama pemiliknya.
- Harta boleh diperolehi oleh mukmin, kafir, orang baik mahupun orang jahat, sementara ilmu yang bermanfaat tidak didapati melainkan oleh orang2 yang beriman.
- Orang yang berilmu diperlukan oleh para penguasa dan rakyatnya, sedangkan pemilik harta hanya diperlukan oleh orang2 miskin dan papa (dan menjadi buruan pencuri).
- Jiwa menjadi hidup dan mulia dengan mengumpulkan ilmu, dan mencarinya akan memperolehi barakah, bahkan itulah kemuliaan jiwa dan kesempurnaannya. Sementara harta tidak dapat membersihkan jiwa dan tidak menyempurnakannya serta tidak menambahkan sifat2 kesempurnaan. Sebaliknya jiwa boleh berkurangan (lemah), kikir, dan bakhil kerana mengumpulkan harta dan tamak haloba terhadapnya. Tamak terhadap ilmu adalah kesempurnaan jiwa, sedangkan tamak terhadap harta adalah kelemahan jiwa.
- Harta mengajak jiwa kepada kelalaian, kesesatan (maksiat) dan kesombonga, sementara ilmu mengajak jiwa kepada tawaddu' dan beribadah.
- Ilmu mengajak kepada kebahagiaan jiwa, sedangkan harta mengajak menjadi penghalang antara jiwa dan kebahagiaannya.
- Kaya ilmu lebih mulia dari kaya harta, jiwa boleh lebih kaya dari seluruh manuisa tanpa harta, kerana kekayaan tertinggi adalah dengan tidak memerlukan sesuatu bukan dengan harta.
- Harta memperhamba kekasih dan pemiliknya hingga menjadikan mereka sebagai hamba abdinya sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam: "celakalah hamba dinar dan dirham (hamba kepada hartanya)." Sedangkan ilmu menjadikan pemiliknya sebagai hamba Rabbnya dan penciptanya kerana ilmu tidak mengajak selain kepada perhambaan (pengibadatan) kepada Allah semata2.
- Nilai orang kaya bergantung kepada kekayaannya, sementara nilai orang berilmu dari ilmunya. Orang yang berilmu tidak akan kehilangan nilainya, bahkan akan semakin bertambah kemuliaannya.
- Mencintai ilmu dan sentiasa mencarinya adalah landasan setiap ketaatan, sementara menumpukan dunia semata dan sentiasa memburunya adalah pangkal segala keburukan (kerosakan).
- Bila seseorang berilmu ditawarkan kepadanya kekayaan dunia, nescaya ia tidak mahu menjadikannya sebagai penebus ilmunya, sementara orang kaya dan berakal, bila mendapati kemuliaan ilmu, nescaya ia ingin mendapatkan ilmu sebagai pengganti seluruh hartanya.
- Tidak seorangpun dikatakan taat kepada Allah kecuali dengan ilmu, sementara kebanyakan orang yang berbuat maksiat kepada Allah, dia melakukan maksiat dengan sarana hartanya.
- Orang yang berilmu menyeru manusia kepada Allah dengan ilmu dan perangainya, sedangkan orang yang mengumpulkan harta menggoda manusia kepada urusan dunia dengan perangai dan hartanya.
- Kebanyakan harta, kadangkala boleh menjadi penyebab kehancuran pemiliknya seperti yang umum terjadi, sementara kekayaan ilmu merupakan sebab kehidupan pemiliknya dan orang lain. Apabila manusia melihat orang yang mengalah dan mendahulukan orang lain, nescaya mereka akan mencintai, membantu dan memuliakannya.
- Kenikmatan yang berasal dari kekayaan harta adalah kenikmatan semua (tipu daya/bukan sebenarnya) atau kenikmatan hawani (hawa nafsu) kerana pemiliknya hanya mendapatkan kenikmatan dengan mengumpulkan dan mendapatkannya, inilah kenikmatan yang tidak sempurna dan sementara. Manakala kenikmatan ilmu adalah kenikmatan akal dan rohani. Hal ini menyerupai kenikmatan dan kegembiraan yang dirasakan malaikat.